KUMPULAN CERITA BIJAK ( ANDRIE WONGSO )
KASIH IBU
sayangnya, ia hanya memiliki kemampuan berpikir layaknya anak
berumur di bawah 10 tahun. Ibunya dengan penuh kasih memelihara dan
mendidik si anak agar kelak bisa hidup mandiri dengan baik, terlebih
karena ia merasa anaknya punya kemampuan berpikir yang sangat
minim.Si anak sangat mencintai ibunya. Suatu hari dia berkata, “Ibu,
aku sangat senang melihat ibu tertawa, wajah ibu begitu cantik dan
bersinar. Bagaimana caranya agar aku bisa membuat ibu tertawa setiap
hari?””Anakku, berbuatlah baik setiap hari. Maka, ibu akan tertawa
setiap hari,” jawab si ibu. “Lantas, bagaimana caranya berbuat baik
setiap hari?” tanya si anak. “Berbuat baik adalah jika kamu bekerja,
bekerjalah dengan sungguh-sungguh. Bantulah orang lain terutama
orang-orang tua yang perlu dibantu, sakit atau kesepian. Kamu bisa
sekadar menemani atau membantu meringankan pekerjaan mereka.
Perlakukanlah orang-orang tua itu sama seperti kamu membantu ibumu.
Pesan ibu, jangan menerima upah ya. Setelah selesai membantu,
mintalah sobekan tanggalan dan kumpulkan sesuai urutan nomornya.
Kalau nomornya urut artinya kamu sudah berbuat baik setiap hari,
dengan begitu ibu pun setiap hari pasti akan senang dan tertawa,” jawab
si ibu sambil membelai sayang anak semata wayangnya. Sejak ibunya
meninggal, karena kenangan dan keinginannya melihat ibunya tertawa,
setiap hari sepulang kerja, dia berkeliling kampung membantu orang orang
tua, kadang memijat, menimba air, memasakkan obat, atau
sekadar menemani dengan senang dan ikhlas. Bila ditanya orang kenapa
hanya sobekan tanggalan yang diterimanya setiap hari? Dia pun
menjawab, “Karena setiap hari, setibanya di rumah, sobekan tanggalan
yang aku kumpulkan, kususun sesuai dengan nomor urutnya. Maka
setiap hari aku seakan bisa mendengar Ibuku sedang melihatku dan
tertawa bahagia di atas sana.” Si pemuda yang berpikiran sederhana itu
telah menjadi sahabat banyak orang di desa. Sehingga suatu ketika, atas
usul dari seluruh warga, karena kebaikan hatinya, dia dianugerahi oleh
pemerintah bintang kehormatan dan dana pensiun selama hidup untuk
menjamin tekadnya, yakni agar setiap hari bisa membantu orang lain di
sisa kehidupannya. Untuk kehidupan saat ini, memang rasanya cukup
sulit untuk menemukan orang yang membantu orang lain tanpa ada
keinginan untuk menerima balasan. Padahal, esensi kehidupan manusia
sebenarnya adalah saling bantu membantu, menolong dan ditolong.
Padahal sebenarnya, bila kita bisa berbuat baik dan membantu orang
lain sesuai dengan yang dibutuhkan, akan memberikan rasa yang nikmat
Sekali. Tentu, untuk berbuat baik dan membantu orang lain ini
.membutuhkan kesadaran, latihan, dan membiasakan diri terus menerus.
Karena itu, mari kita praktekkan pepatah sederhana ini: Tiap hari
melakukan satu kebaikan. Dengan begitu, hidup akan terasa lebih
hidup, dan akan kita dapatkan kebahagiaan yang sebenarnya.
Disadur dari www.andriewongso.com
IKAN
Ia bermain air yang bening di sana. Sesekali tangannya
dicelupkan ke dalam sungai yang sejuk. Si anak terlihat sangat
menikmati permainannya. Selain asyik bermain, si anak juga sering
memerhatikan seorang paman tua yang hampir setiap hari datang ke
sungai untuk memancing. Setiap kali bermain di sungai, setiap kali pula
ia selalu melihat sang paman asyik mengulurkan pancingnya. Kadang,
tangkapannya hanya sedikit. Tetapi, tidak jarang juga ikan yang didapat
banyak jumlahnya. Suatu sore, saat sang paman bersiap-siap hendak
pulang dengan ikan hasil tangkapan yang hampir memenuhi
keranjangnya, si anak mencoba mendekat. Ia menyapa sang paman
sambil tersenyum senang. Melihat si anak mendekatinya, sang paman
menyapa duluan. “Hai Nak, kamu mau ikan? Pilih saja sesukamu dan
ambillah beberapa ekor. Bawa pulang dan minta ibumu untuk
memasaknya sebagai lauk makan malam nanti,” kata si paman ramah.
“Tidak, terima kasih Paman,” jawab si anak. “Lo, paman perhatikan,
kamu hampir setiap hari bermain di sini sambil melihat paman
memancing. Sekarang ada ikan yang paman tawarkan kepadamu,
kenapa engkau tolak?” “Saya senang memerhatikan Paman memancing,
karena saya ingin bisa memancing seperti Paman. Apakah Paman mau
mengajari saya bagaimana caranya memancing?” tanya si anak penuh
harap. “Wah wah wah. Ternyata kamu anak yang pintar. Dengan belajar
memancing engkau bisa mendapatkan ikan sebanyak yang kamu mau di
sungai ini. Baiklah. Karena kamu tidak mau ikannya, paman beri kamu
alat pancing ini. Besok kita mulai pelajaran memancingnya, ya?”
Keesokan harinya, si bocah dengan bersemangat kembali ke tepi sungai
untuk belajar memancing bersama sang paman. Mereka memasang
umpan, melempar tali kail ke sungai, menunggu dengan sabar, dan hup…
kail pun tenggelam ke sungai dengan umpan yang menarik ikan-ikan
untuk memakannya. Sesaat, umpan terlihat bergoyang-goyang didekati
kerumunan ikan. Saat itulah, ketika ada ikan yang memakan umpan,
sang paman dan anak tadi segera bergegas menarik tongkat kail dengan
ikan hasil tangkapan berada diujungnya. Begitu seterusnya. Setiap kali
berhasil menarik ikan, mereka kemudian melemparkan kembali kail yang
telah diberi umpan. Memasangnya kembali, melemparkan ke sungai,
menunggu dimakan ikan, melepaskan mata kail dari mulut ikan, hingga
sore hari tiba. Ketika menjelang pulang, si anak yang menikmati hari
memancingnya bersama sang paman bertanya, “Paman, belajar
memancing ikan hanya begini saja atau masih ada jurus yang lain?”
Mendengar pertanyaan tersebut, sang paman tersenyum bijak. “Benar
anakku, kegiatan memancing ya hanya begini saja. Yang perlu kamu
latih adalah kesabaran dan ketekunan menjalaninya. Kemudian fokus
pada tujuan dan konsentrasilah pada apa yang sedang kamu kerjakan.
Belajar memancing sama dengan belajar di kehidupan ini, setiap hari
mengulang hal yang sama. Tetapi tentunya yang diulang harus hal-hal
yang baik. Sabar, tekun, fokus pada tujuan dan konsentrasi pada apa
yang sedang kamu kerjakan, maka apa yang menjadi tujuanmu bisa
tercapai.” Sama seperti dalam kehidupan ini, sebenarnya untuk meraih
kesuksesan kita tidak membutuhkan teori-teori yang rumit, semua
sederhana saja, Sepanjang kita tahu apa yang kita mau, dan kemudian
mampu memaksimalkan potensi yang kita miliki sebagai modal,
terutama dengan menggali kelebihan dan mengasah bakat kita, maka
kita akan bisa mencapai apa yang kita impikan dan cita-citakan.
Apalagi, jika semua hal tersebut kita kerjakan dengan senang hati dan
penuh kesungguhan. Dengan mampu mematangkan kelebihan-kelebihan
kita secara konsisten, maka sebenarnya kita sedang memupuk diri kita
untuk menjadi ahli di bidang yang kita kuasai. Sehingga, dengan
profesionalisme yang kita miliki, apa yang kita perjuangkan pasti akan
membuahkan hasil yang paling memuaskan.