Kita sering diedukasi tentang makan agar sehat. Tapi tidak banyak yang tahu, bahwa saat lapar pun sebenarnya ada proses yang menyehatkan. Makan dan lapar adalah dua mekanisme yang seharusnya seimbang untuk menyehatkan.
Mengesampingkan lapar dengan terus menerus makan bisa merusak kesehatan. Sel menua lebih cepat, fungsi organ bisa lebih cepat mengalami kerusakan. Apalagi bila kualitas apa yang kita makan tidak terjaga dengan baik.
Desain rasa lapar mengaktifkan sebuah sistem kerja unik dalam sel, yang bisa mendaur ulang sampah dan memberikan energi baru bagi tubuh. Fenomena lapar yang memberi efek positif ini biasa disebut dengan istilah Autofagi.
Secara sederhana bisa dijelaskan bahwa saat kita lapar, ada aktivitas unik terjadi dalam sel, fenomena substansi bernama Lysosome (lisosom) yang saat lapar malah menjadi aktif mendaur ulang tumpukan sampah dalam sel. Hasilnya kemudian dipergunakan untuk mengalokasi ulang nutrisi ke proses lain yang lebih berguna untuk tubuh.
Dan sebenarnya kita tidak harus berpuasa secara khusus untuk mendapatkan efek ini. Cukup dengan berpuasa secara alamiah memanfaatkan waktu tidur dan jelang makan siang (20.00 – 12.00). Melakukan ritual ini dua tiga kali seminggu sudah mencukupi untuk memelihara kesehatan.
Di pagi hari hingga jelang makan siang tubuh sedang mengalokasikan energinya untuk membuang sisa metabolisme revitalisasi tubuh yang berlangsung saat tidur. Kebiasaan makanan berat yang masuk di jam sarapan bukannya memberi daya tahan serta kekuatan menahan lapar seperti diharapkan, malah membuat alokasi energi tubuh berantakan.
Kita bisa merekayasa rasa lapar dengan hanya mengkonsumsi buah segar di pagi hari. Buah bisa diserap tubuh tanpa membebani sistem cerna. Walau ringan buah kaya manfaat. Sehingga sensasi akibat efek lapar tetap berlanjut namun energi untuk memulai hari juga didapat.
Ditulis oleh: Erikar
Penjelasan puasa intermittent